Kain Songket Babussalam Mulai Berkembang
dibaca 1,266 kali
RADIO LOMBOK FM, Lombok Barat-Selain hasil kerajinan tangan berupa anyaman bambu yang dipersembahkan sejumlah perajin asal Desa Babussalam, akan tetapi juga kerajinan pengosak sebagai wadah menaruh makanan ataupun buah-buahan, kini ditemukan lagi hasil kerajinan lain masyarakat setempat yang cukup punya prospek menjanjikan secara ekonomi.
Kerajinan dimaksud yakni pembuatan tenun songket yang cukup variatif dengan motif tradisonal Lombok yang cukup berkesan bagi siapa saja yang pernah melihat secara langsung pembuatan kain songket asli dari Desa Babussalam ini.
Meski pengerrjaannya masih secara tradisional, namun hasilnya cukup berkualitas dan menjadi daya tarik konsumen yang selama ini berkesempatam mengunjungi sentra tenun kain songket ini dan menjadikannya sebagai souvenir.
Ketua TP. PKK Desa Babussalam Yeni Pancawati Zaini ditemui RADIO LOMBOK FM, Kamis (28/07/2016) di Babussalam, Gerung membenarkan jika di desanya tengah tumbuh dan berkembang perajin tenun songket yang diusahakan secara tradisional,yang kan pengerjaanyapun tidak dilakukan saban hari.
“Menenun bagi warga dilakukan sebagai pekerjaan sampingan untuk mengisi waktu luang selepas warga terutama kaum ibu yang baru pulang bertani di sawah,” ungkap Yeni Pancawati.
Selaku Ketua TP. PKK yang menaungi manaugi segala bentuk aktivitas dan kreativitas kaum ibu di wilayahnya, Yeni berobsesi ke depannya kerajinan tenuin songket di Desa Babussalam akan terus dikembangkan dan dipertahankan sebagai sebuah tradisi positif dalam mempertahankan kearifan lokal masyarakat itu sendiri.
Bahkan pihaknya akan secara intens menghubungkannya dengan Pemerintah Daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mendapatkan perhatian yang lebih serius baik dari sisi permodalan terlebih dari sisi pendampingan produk.
Kecuali itu wadah organisasi PKK di desa Babussalam juga bertindak selaku tim pemasaran untuk diperkenalkan ke luar daerah.
Karena itu banyak pembeli dari luar daerah yang memesan kain songket khas Desa Babussalam dalam jumlah banyak.
“Kita juga berharap banyak melalui PKK dan dan DWP Kabupaten Lombok Barat bisa terjun langsung mengambil peran memajukan kain songket. Ini juga dalam upaya menarik wisatawan.
Meski dalam jumlah produk yang masih terbatas, namun pengguna kain tenun Babussalam ini sudah banyak diperkenalkan oleh sejumlah pejabat baik yang ada di kabupaten Lombok Barat, kota Mataram bahkan di lingkungan pejabat birokrasi Pemerintah Provinsi NTB.
Salah seorang perajin setempat, Inaq Sariah mengaku nyaman menekuni pekerjaan sebagai penenun. Kecuali hasil produknya bisa terjual ke beberapa kalangan, menenun juga dianggapnya sebagai hobby yang harus ditekuni seterusnya guna mengisi waktu luang, apalagi menenun ini dilakukannya sejak masih kanak-kanak. (007/028)