RADIO LOMBOK FM,Mataram — Sebuah kegiatan yang digagas oleh Forum Silaturahim Lembaga Pendidikan Alumni (Fosil) Nurul Hakim memberikan dampak mendalam bagi Dr. Saharjo, S.H., M.Kn., M.H. Sebagai pembina Sekolah Abata Lombok, Saharjo mengaku memperoleh inspirasi baru untuk memperkuat layanan pendidikan yang selama ini dikembangkan di bawah naungan Abata.

Menurutnya, pendidikan ideal tidak hanya dibangun melalui penguatan akademik dan karakter di sekolah, tetapi juga melalui pembinaan spiritual dan pembiasaan hidup bernilai. Gagasan itulah yang mendorongnya terpanggil untuk mengembangkan pondok pesantren sebagai bagian dari satuan pendidikan Abata Lombok.

“Kami ingin melengkapi layanan pendidikan dengan model yang lebih komprehensif. Pesantren bukan hanya pusat ilmu agama, tetapi juga tempat membentuk akhlak, kedisiplinan, dan kemandirian. Anak-anak membutuhkan ekosistem yang utuh — di kelas terbangun, di asrama terbina,” ujar Saharjo.

Lebih jauh, ia melihat adanya kebutuhan besar akan lembaga pendidikan yang mampu merangkum tiga pilar penting: akademik yang unggul, karakter yang kuat, dan spiritualitas yang membumi. Inspirasi dari diskusi Fosil dinilainya menjadi momentum untuk merancang model pesantren modern yang selaras dengan visi Abata Lombok sebagai sekolah berkarakter dan berdaya saing.

Saharjo menegaskan bahwa pendirian pondok pesantren ini bukan sekadar menambah unit pendidikan, melainkan membangun pusat pembinaan generasi yang akan menjadi pelengkap dari Kelompok Bermain, TK, SD, SMP, hingga SMA yang kini berjumlah lebih dari 1.500 siswa.

“Kita ingin anak-anak tidak hanya cerdas, tetapi juga siap menghadapi tantangan zaman dengan karakter yang kokoh dan akhlak yang terjaga,” tambahnya.

Rencana pendirian pesantren tersebut kini mulai dibahas dalam lingkup internal, termasuk pemetaan kebutuhan, kurikulum, fasilitas, dan model pengasuhan yang sesuai dengan nilai-nilai Abata Lombok.

Dengan langkah ini, Abata Lombok bergerak menuju model pendidikan terpadu yang lebih lengkap menggabungkan sekolah formal dengan pembinaan pesantren dan diharapkan menjadi referensi baru pendidikan di Nusa Tenggara Barat.