Presiden Berharap Pers Tetap Dipercaya Sebagai Pilar Demokrasi Yang Ke -4
dibaca 659 kali
LOMBOK TENGAH,lombokfm.com – Presiden RI Ir.H.Joko Widodo berharap agar pers tetap bisa dipercaya oleh publik sebagai pilar demokrasi yang ke 4 dengan selalu menghadirkan informasi jujur, akurat, obyetif dan selalu memberikan ruang dan tempat pada pemikiran dan gagasan terbaik dari masyarakat. Harapan tersebut disampaikan presiden pada sambutanya saat menghadiri acara puncak Hari Pers Nasional (HPN) yang dilaksanakan di Pantai Kuta Lombok Tengah.
Presiden mengatakan, saat ini masyarakat Indonesia dan semua pihak sangat beruntung hidup diera kebebasan dan kemerdekaan pers. Pers sebagai fungsi control social, setiap hari menghadirkan infromasi, opini, data dan aneka informasi yang beragam.”Dan saat ini betapa mudahnya sebuah berita disebarluaskan,”Katanya.
Informasi yang ada dan dibaca lanjut presiden, ada yang pahit seperti jamu, ada yang justeru menjadi vitamin yang menyehatkan. Namun ada juga informasi yang malah menggangu kesehatan akan sehat manusia. “Saya hanya berfikir, bagaimana insan pers ikut gerakkan optimisme publik, etos kerja, produktifitas masyarakat dan bukan sebaliknya. Karena ada kita sering melihat media kita justeru pengaruhi kita jadi otimisme dan banyak yang terjebak pada berita-berita sensasional. Apalgi ditambah komentar pengamat, makin ramai,”Imbuhnya.
Presiden pada kesempatan tersebut mencontohkan, ada sejumlah berita yang justeru akan sangat menggangu masyarakat. Seperti ada judul berita yang mengatakan, Indonesia diprediksi Akan Hancur, Semua Pesimis Target Perkembangan Ekonomi Tercapai, Pemerintah Gagal Aksi Teroris Takkan Habis Sampai Kiamatpun, Kabut Asap Tidak Teratasi Riau Terancam Merdeka.”Coba bayangkan ada judul-judul berita seperti itu. “Ada berita yang lebih seramm lagi, Indoensia akan bangkrut, Hancur, rupiah bakal tembus 15 ribu. Jokowi – JK akan ambruk, akan Ambyar. Ini akan menggangu masyrakat, kalau saya tidak tergangu,”Ungkap presiden.
Presiden menandaskan, kalau berita-berita itu dibaca olehnya. Dan bila judul-judul berita seperti itu diteruskan, maka hal itu justeru akan memunculkan pesimisme ditengah-tengah masyarakat. “Yang muncul adalah etos kerja yang tidak terbangun dengan baik, hal-hal tidak produktif, pad hal itu hanyalah asumsi-asumsi, tapi akan sangat mempengaruhi. Karena kita tahu, cahaya moral, pembentuk moralitas ada di media atau pers. Akan banyak disitu,”Tukasnya.
Di televise, presiden berharap agar lagu-lagu nasional bisa ditayangkan setiap jam sekali. Bukan seperti saat ini yang muncul hanya pada saat tengah malam saat semua sudah pada tidur. Ia membayangkan kalau, lagu-lagu kebangsaan tersebut ditayangkan maka bisa dibayangkan anak-anak seluruh tanah air akan mudah menghafal lagu-lagu nasional tersebut. “Bukan hanya mengejar rating, walau memamg perlu kompetisi melalui rating, Tetapi kenapa tidak menggunkan sedikit waktu untuk hal-hal seperti itu. Dan saya minta diprime time, bukan tengah malam seperti saat ini,”Tandasnya.
Untuk itu, presiden kembali menekankan, untuk tidak lagi memunculkan berita yang jsuteru membuat pesimisme di mayarakat. Karena kalau berita seperti it uterus yang dimunculkan maka tidak akan ada lagi kepercayaan ditengah masyarakat Indenesia dan juga asing.”Dunia atau orang asing butuh kepercayaan investasi, kalau tidak ada kepercayaan jangan harap investasi bisa masuk. Dan kepercayaan itu yang bisa bangun adalah media. Karena persepsi muncul karena berita-berita yang kita bangun dimedia,”Katanya.
Selain itu, presiden juga menyoroti perkembangan media on-line yang saat ini sudah mulai berkembang. Namun terlihat adanya persaingan dalam kecepatan menyajikan berita. Akibatnya hasil karya yang dimuat menjadi tidak baik bahakan banyak melanggar etika jurnlistik.”Saya melihat media on-line berlomba kecepatan. Kepatuhan kepada kode etik jrnalisme, kepada etika pemberitaan sering dan banyak sekali diabaikan. Karena inginya cepat sehingga beritanya jadi tidak akurat, tidak berimbang, campur aduk antara fakta dan opini dan kadang-kdang menghakimi seseorang. Ini berbahaya sekali,”Tukasnya.
Kalau dulu lanjut presiden, pemerintah yang menekan pers, kini pers yang justeru menekan pemerintah. Sekali pemerintah melakukan tekanan, maka semua pemberitaan tentang pemerintah semuanya baik.”Tetapi yang menekan media siapa? Menurut saya, ya industri pers sendiri. Karena persaingan. Ditekan dari lingkungan sendiri. Itulah hal-hal yang harus dihindari agar dalam membangun trus bisa kita lakukan. Seperti tadi membangun jalan dari Lembar-Khayangan. Itu penekanan. Saya pastikan dibangun. Karena yang menyampaikan ketua PWI, nanti kemetiran PU pasti bangun itu. Pasti tiap tahun ada seeprti ini,”Pungkas presiden sembari mengucapkan selamat Hari Pers Nasional.|001|11