Renovasi Rumah Zuhri, Janji Pelipur Lara
dibaca 1,172 kali
RADIO LOMBOK FM, KLU – Bakat yang bukan berasal dari darah titisan orangtua rupanya berlaku pada diri Lalu Muhammad Zuhri, pemecah rekor juara dunia lari 100 meter kejuaraan dunia atletik yang belum lama berlangsung di Finlandia. Lalu Muhammad Zohri, pria yang baru duduk di kelas 3 SMAN 2 Mataram, NTB asal Dusun Karang Pangsor, Desa pemanang, Lombok Utara, NTB ini memiliki prestasi cukup moncer di cabang atletik.
Meski banyak prestasi gemilang di cabang atletik pernah diraihnya berkali-kali baik di tingkat nasional maupun internasional, namun pelari pendiam ini namanya mulai berkibar saat mengikuti Asian Junior Athletic di kota Gifu, Jepang belum lama berselang. Zuhri berhasil menyingkirkan pelari lainnya dari banyak negara sehingga medali emas berhasil ia boyong ke tanah air.
Satu-satunya kakak laki-laki Zohri, Lalu Ma’rif pun mengaku kalau kehidupannya cukup memperihatinkan bersama adik semata wayangnya. “Setiap baru pulang adik saya ini selalu tidur di rumah bedek berdinding anyaman bambu berlapiskan lembaran koran. Itulah satu-satunya peningalan kedua orangtua kami,” ujar Ma’rif kepada RADIO LOMBOK FM di Pemenang, Lombok Utara, Selasa (17/7/2018) .
Informasi melegakan terkait perbaikan rumah kumuh dari Pemda Lombok Utara seringkali diterima keluarga Zohri, namun hanya pelipur lara sesaat. “Rumah kami ini sudah diusulkan Pemda melalui desa, namun tak ada kejelasan sampai saat ini,” terang Ma’rif.
Lalu Muhammad Zohri sendiri merupakan anak keempat dari almarhum ayah dan ibunya Lalu Ahmad Yani dan Saerah yang lahir 1 Juli 2000. Kakak ketiga Zohri bernama Fauziah meninggal saat masih balita.
Menurut Ma’rif, ibunya Saeriah meninggal saat Zohri duduk di bangku SD disusul ayahnya pergi menghadap Ilahi. “Saat itu adik kami Zohri sedang berada di luar daerah mengikuti persiapan menghadapi salah satu kejuaraan lari. Namun kami minta dia pulang untuk melihat orang tuanya terakhir kali,” ujarnya.
Maarif mengaku, semasih orangtuanya hidup Zohri selalu disemangati untuk rajin berlatih sehingga mendapatkan hasil terbaik. “Dalam hal ini Zuhri orangnya penurut sama orangtua sehingga membawa berkah tersendiri,” ujar Ma’rif.
Bakat sebagai pelari bagi Zohri terlihat sejak duduk di bangku SMP itu. Berbagai tawaran mengikuti perlombaan sering datang silih berganti. Alasannya, Zohri dianggap berpotensi dan selalu mendapatkan juara.
Ma’rif tidak menampik jika saat SMP, Zohri bisa disebut malas bersekolah. “Bahkan lucu seringkali dijemput gurunya untuk masuk sekolah. Akibatnya ia pernah tak naik kelas,” tutur Ma’rif.
Berbagai prestasi yang diraih adiknya itu Ma’rif tak pernah pupus harapan agar pemerintah bisa memberi perhatian atas prestasi Zohri yang telah mengharumkan nama daerah terlebih bangsa Indonesia. (07/031)