Tradisi “Bau Nyale” di Pengantap
dibaca 1,225 kaliRADIO LOMBOK FM-Lombok Barat, Saat kita mendengar orang mengatakan “Bau Nyale” (menangkap Nyale) di Lombok pasti tempat yang pertama kita ingat adalah pantai Kuta atau Pantai Seger Lombok Tengah. Karena memang Festival Bau Nyale merupakan agenda tahunan Kabupaten Lombok Tengah dan acara tersebut biasa di Pusatkan di pantai Seger dan untuk tahun ini Puncak Perayaan Festival Bau Nyale 2016 sendiri akan diselenggarakan pada 28 Februari 2016 di Pantai Seger Desa Kuta, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penentuan tanggal tersebut telah ditetapkan berdasarkan musyawarah para budayawan dan tokoh spiritual setempat mengikuti penanggalan sasak yaitu tanggal 20 bulan 10.
Bau Nyale merupakan salah satu tradisi budaya yang sangat terkenal di Pulau Lombok. Dan tidak banyak yang tahu, bahwa “Bau Nyale” setiap tahunnya biasa dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai selatan di Pulau Lombok, dari barat sampai timur, tak terkecuali beberapa pantai di wilayah Kabupaten Lombok Barat seperti Pantai Pangsing, Pantai Meang, dan Pantai Pengantap yang merupakan wilayah Desa Buwun Mas Kecamatan Sekotong.
Di Pengantap misalnya, setiap tahun saat Bau Nyale diadakan, warga Pengantap juga ramai-ramai menangkap Nyale di Pantai Pengantap dan yang membedakannya dengan di Pantai Kuta hanya pada ramainya acara atau festival saja kalau nyale nya sama saja.
Menurut penuturan Ahyar salah seorang warga Pengantap, biasanya Bau Nyale dilakukan dua kali setahun, yang pertama disebut NyalePenyamondan yang kedua disebut NyalePeneter. Tradisi ini dilakukan pada hari ke-19 dan 20 bulan 10 dan 11 dalam penanggalan suku Sasak. Dan biasanya tanggal tersebut jatuh pada bulan Februari dan Maret.
Perayaan dan Pelaksanan tradisi tersebut begitu melegenda dan memiliki nilai sakral yang sangat tinggi bagi suku asli Sasak. Perayaan pesta bau nyale ini berkaitan erat dengan sebuah legenda cerita rakyat yang berkembang di bagian Lombok Selatan. Yakni di masyarakat wilayah Pujut khususnya, dan masyarakat Lombok umumnya.
Cerita rakyat ini tentang Putri Mandalika, yang menceburkan dirinya ke laut lalu berubah menjadi “Nyale”. Sang Putri menceburkan diri kelaut supaya tidak terjadi peperangan antara pangeran-pangeran yang ingin menyuntingnya karena ia tidak dapat memilih salah satu dari para pengeran tersebut.
Nyale sendiri termasuk kedalam kelompok filum Annelida yaitu nama umum untuk sekitar 9000 spesies binatang yang tidak bertulang belakang seperti cacing. Dan uniknya cacing-cacing nyale tersebut hanya muncul ke permukaan laut hanya dua kali setahun.