Prosesi Menutu Pare Ala Komunitas Adat Bayan
dibaca 1,920 kaliLOMBOK UTARA, lombokfm.com – Menutu pare atau menumbuk padi, merupakan salah satu prosesi adat pada acara gawe urip (hidup) dan gawe pati (kematian).
Prosesi masih dapat ditemukan di komunitas adat Bayan dan sekitarnya. Pada ritual gawe urip biasanya diawali dengan acara menutu pare bulu (padi bulu), seperti pada acara nyunatan (khitanan), masal. Dan menutu ini biasanya dilakukan selama tiga hari tiga malam.
Kertamalip, salah seorang tokoh adat Karang Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara pada Lombok FM mengatakan, kegitan menutu pare, bukan karena tidak mesin giling, tetapi ini adalah tradisi secara turun temurun.
Selain itu, padi hasil tumbukan secara alami hasil berasnya jauh lebih harum dibandingkan dengan hasil penggilingan menggunakan mesin.
Para penutu pare harus bisa memainkan irama yang baik, sehingga dapat menghibur warga sekitar, dan biasanya menutu ini dilakukan oleh para piranti atau remaja perempuan secara berkelompok yang disebut dengan merempak.
Selain gawe urip, juga menutu pare dilakukan sebagai pertanda prosesi acara ritual maulid adat (memperingati kelahiran Nabi), yang berlangsung di masjid kuno Bayan.
Sementara dalam acara gawe pati, proses menutu dilakukan dua kali, yaitu pada saat hari meninggal dan seteleh lima hari dialam kubur, guna persiapan hari yang ke tujuh acara kematian yang dikenal dengan dina nyituk.
Menutu pare selain sebagai pertanda ada acara, juga sekaligus sebagai hiburan bagi komunitas adat setempat, yang patut dilestarikan.|004|093|