Jaran Kamput, Seni Tradisi Lombok Yang Atraktif
dibaca 2,988 kali
RADIO LOMBOK FM, Lombok Barat – Seni tradisi Jaran Kamput di Lombok begitu melegenda, Karen amasih dipertahankan keunikan, ketradisiannya oleh sebagian besar masyarakat Lombok. Jaran Kamput artinya kuda tunggangan yang dimanifestasikan dalam bentuk kuda-kudaan yang terbuat dari kayu yang bentuknya menyerupai mahluk aneh atau ogoh-ogoh, bahkan bentuknya seperti singa, naga dan lain sebagainya.
Jaran Kamput biasanya ditunggangi oleh anak laki-laki menjelang akan disunat atau khitan.
Jaran Kamput merupakan media permainan yang sifatnya menghibur bagi anak-anak dengan menunggangi kuda-kudaan tadi diarak keliling kampung, sembari diramaikan dengan berbagai tetabuhan kesenian tradisional dan tari-tarian Sasak yang lucu dan bisa menyenangkan anak-anak yang hendak dikhitan atau disunat.
Penampilan seni dan kebudayaan turun-temurun ini sangat atraktif dan selalu diiringi seperangkat alat musik gamelan lengkap dengan seruling yang disebut Pereret.
Hingga saat ini, di beberapa tempat di Pulau Lombok masih mempergunakan Jaran Kamput pada upacara siklus hidup, seperti adat istiadat nyongkolan (mengarak pasangan pengantin) dan khitanan, bahkan kadang untuk memperaja (menggotong) tamu agung saat acara penyambutan.
Sanggar seni tradisonal di Lombok tidak sedikit yang mengusahakan mainan Jaran Kmaput ini untuk disewakan ke masyarakat yang memiliki hajat perkawinan, khitanan atau acara adat lainnya.
Tak jarang kelompok sanggar seni sering diundang sekaligus keahlian dan keterampilannya memainkan Jarang Kamput pada acara-acara tersebut di atas. “Kita sering diundang juga untuk menyambut tamu agung baik Bupati maupun Gubernur yang berkunjung ke desa-desa menyambangi masyarakatnya dan meresmikan proyek atau acara ngawinang (perkawinan),” kata Ratimah salah seorang pemilik Sanggar Seni di Karang Bayan, Lombok Barat.
Di kelompoknya, Ratimah memiliki tiga pasang Jaran Kamput yang dipikul masing-masing empat orang. Jaran Kamput berukuran kecil dinaiki seorang anak yang akan dikhitan dan gadis kecil sebagai pendampingnya.
Sedangkan yang berukuran besar digunakan untuk acara nyongkolan. Selain itu, Jaran Kamput yang besar juga yang digunakan dalam acara penyambutan tamu.
Menurutnya, penggunaan Jaran Kamput tidak lagi seramai dahulu karena sebagian besar masyarakat sudah malu menaiki kuda-kudaan berupa benda mati tersebut dalam kegiatan nyongkolan. Namun ia hanya terobsesi agar kesenian ini tidak punah akibat ditinggalkan masyarakat.
Dalam catatan sejarah kebudayaan Lombok, Jaran Kamput sebenarnya merupakan perwujudan dari sosok Sekardiu yang konon merupakan kendaraan atau tunggangan dari Jayangrana yang merupakan sosok satria dalam cerita pewayangan Sasak.
Dalam salah satu lakon Serat Menak dengan tokoh sentral bernama Jayangrana disebutkan, Jayengrana memiliki kendaraan sakti bernama Sekardiu yang digambarkan dalam bentuk makhluk aneh dan tampak seperti kuda, singa dan naga.
Jayengrana dan kendaraannya Sekardiu merupakan simbol yang tidak terpisahkan, karya besar masa lalu ini mestinya dapat dikaji agar dapat menjadi referensi bagi masyarakat masa kini, baik sebagai inspirasi maupun motivasi.
Makna yang terkandung di dalam simbol ini amatlah luas bagi bagi kehidupan sosial dan religiusitas masyarakat Sasak. Sosok Sekardiu atau Jaran Kamput ini layaknya juga menjadi salah satu maskot masyarakat Lombok. |007/027|