Inilah Penuturan Korban Dugaan Penculikan, Sahri
dibaca 1,342 kaliLOMBOK TENGAH, lombokfm.com – Inilah penuturan Sahri 45 tahun, warga Desa Batu Nyala Kecamatan Praya Tengah, terkait peristiwa penculikan yang dialaminya. Kejadian yang sempat membuatnya tidak memiliki harapan hidup itu, berawal ketika pagi sekitar pukul 11.00 Wita pada Selasa (20/10) 2015, menjalani hari-harinya sebagai tukang ojek di Pasar Kelebuh Praya Tengah.
Kepada Lombok FM ditemui di Mapolres Lombok Tengah, dengan nada sedikit marah dan menyesalkan kejadian tersebut, Sahri menuturkan, peristiwa yang tak disangka itu, berawal ketika sedang menunggu penumpang di Pasar Kelebuh. Ia kemudian didekati oleh seorang pria sebayanya yang kemudian meminta diantar ke Desa Braim.”Sesampai di Desa Braim, orang ini terus saja meminta diantar ke tempat yang jalanya semakin sepi. Saya mencoba untuk mengikutinya dengan mulai sedikit curiga dan waspada,”ungkapnya.
Begitu dijalan yang benar-benar sepi, tiba-tiba penumpang tadi lanjut Sahri, meminta berhenti dan langsung mencabut kunci kontak sepeda motor miliknya. Bersamaan dengan itu, tanpa disadarinya, ternyata dibelakangnya datang sebuah mobil mewah warna hitam dan berenti.”Dari dalam meobil itu turun sekitar 6 orang lelaki bertubuh besar dan langsung menyergap dan memaksa saya masuk mobil,”Ujarnya.
Saat itu lanjut Sahri, dirinya berusaha melawan dan melepaskan cengkraman tangan orang-orang yang tidak dikenalnya itu. Selain itu, ia juga berteriak sekencang-kencangnya meminta pertolongan. Namun apa daya, para penculik yang jumlahnya lebih banyak itu, sekonyong-konyong tak mampu dilawan.”Saya berhasil dinaikkan ke mobil lalu dibawa kearah Desa Bilelando. Sepanjang jalan saya berteriak akibatnya leher saya dibelenggu dengan siku salah seorang pelaku,”ungkapnya kepada Lombok FM.
Dalam perjalanan itu ungkap Sahri lagi, barulah salah satu pelaku mengaku kalau dirinya diculik oleh mereka atas suruhan seorang warga Desa Batu Nayala yang sempat bersengketa soal tanah warisan dengan dirinnya. Sang pelaku dengan gamblang mengakui hanya menjalankan perintah.”Salah satu pelaku bilang ke saya kalau dia hanya suruhan,”Imbuhnya.
Sesampai di Desa Bilelando dan setelah diturunkan dari kendaraan, barulah Sahri sadar kalau ia dibawa kerumah Ketua salah satu Pamswakarsa di Lombok Tengah. Oleh ketua Pamswakarsa tersebut, keselamatanya dijamin asal mau bekerjasama terkait dengan sengketa tanah yang sempat diperkarakan di pengadilan.”Saat magrib itu saya sempat dipaksa tanda tangan surat tanah warisan namun saya menolak. Saya cek uang saya dikantong yang Rp.500 ribu juga hilang, namun dikembalikan Rp.100 ribu. Nanti dikembalikan kata mereka,”Cerita Sahri.
Selama berada ditangan para penculik itu imbuh Sahri, handphone-nya diamankan setelah sekitar pukul 13.00 wita, dirinya sempat menghubungi salah seorang keluarganya. Baru kemudian sekitar pukul 16.00 Wita alat komunikasi miliknya itu dikembalikan ke dirinya.”Saya kemudian kembali menghubungi keluarga namun dipaksa mematikan handphone lagi,”katanya.
Barulah sekitar pukul 22.00 Wita, Kapolsek Praya Tengah bersama sejumlah anggotanya dan tim anggota Kepolisian lainya datang menjemput dirinya. Saat itu, ia merasa sangat bersyukur, karena sebelumnya ia sudah tidak memiliki harapan hidup lagi.”Awalnya saya merasa bahwa inilah akhir dari hidup saya,”Lirihnya menutup cerita dan berharap agar para pelaku segera ditangkap.|001|047|